Perbandingan perang gerilya dan terorisme
Untuk penambahan untuk cara militer tradisionil, barisan gerilyawan dapat memercayakan perusakan infrastruktur, memakai alat peledak improvisasi , contohnya. Mereka umumnya memercayakan suport logistik serta politik dari populasi lokal serta simpatisan asing, seringkali tertancap didalamnya (dengan begitu memakai populasi untuk tameng manusia), serta banyak barisan gerilya cakap dalam persuasi publik lewat propaganda serta pemakaian kemampuan. [6] Banyak pergerakan gerilya sekarang ini juga tergantung pada beberapa anak untuk pejuang, pengintai, pengangkut barang, mata-mata, informan, serta peranan yang lain. [7] Ini sudah memetik hujatan internasional. [8]Banyak negara mengambil beberapa anak ke angkatan membawa senjata mereka.
Kelompok-kelompok gerilyawan memakai pengungsi untuk senjata untuk menguatkan kemampuan atau dengan cara politis menggoyangkan lawan. The FARC perang gerilya pengungsi juta-an Kolombia, serta begitupun gerilya perang suku (menantang Soviet) di Afghanistan. [10] Masyarakat sipil yang tinggal di wilayah itu disangka sudah bekerjasama [suku Awa di barat daya Kolombia] dengan lawan ["Kolombia"] mendapatkan ["tanpa ada perlindungan"] tersebut terlantar [mengakibatkan FARC menguatkan kekuatan], saat gerilyawan berperang. untuk daerah.
Tidak ada pengertian yang diterima pada umumnya mengenai "terorisme" , [12] [13] [14] serta arti ini seringkali dipakai untuk strategi politik oleh beberapa pejuang (seringkali oleh pemerintah yang berkuasa) untuk mencela musuh yang posisinya untuk teroris diperdebatkan. [15] [16]
Bersimpangan dengan kelompok-kelompok teroris, gerilyawan umumnya kerja dalam tempat terbuka untuk unit membawa senjata, coba meredam serta merampas tanah, tidak mengendalikan diri dari pertarungan menantang pasukan militer lawan dalam pertarungan serta umumnya memberi desakan untuk mengatur atau memimpin daerah serta populasi. Sesaat perhatian penting gerilyawan ialah unit militer aktif lawan, sejumlah besar teroris perduli dengan agen non-militer serta membidik sejumlah besar masyarakat sipil. Pasukan gerilyawan pada intinya bertanding sesuai hukum perang ( juice in bello ). Dalam ini, mereka menghargai hak-hak masyarakat sipil tidak berdosa dengan mengendalikan diri dari membidik mereka. Menurut Pusat Studi Kritis serta Kebijaksanaan Ankara, teroris tidak batasi aksi mereka serta meneror masyarakat sipil dengan meletakkan ketakutan di hati beberapa orang serta membunuh orang asing yang tidak bersalah di negara itu.
Peperangan tidak teratur, yang dilandaskan pada komponen-komponen yang terakhir jadi keunikan perang gerilya kekinian, sudah berada di semua pertarungan banyak peradaban kuno. Perkembangan perang gerilya di era ke-20 beberapa diinspirasi oleh beberapa karya teoretis mengenai perang gerilya, diawali dengan Manual de Guerra de Guerrillas oleh Matías Ramón Mella yang dicatat pada era ke-19 serta, belakangan ini, mengenai Perang Guerrilla Mao Zedong , Che Guevara 's Guerrilla Warfare , serta Lenin teks dengan nama yang sama, semua dicatat sesudah revolusi yang sukses dilaksanakan oleh mereka di Cina, Kuba serta Rusia, semasing. Teks-teks itu mengkarakteristikkan strategi perang gerilya untuk, menurut teks Che Guevara , "dipakai oleh faksi yang dibantu oleh sebagian besar tapi yang mempunyai jumlah senjata yang semakin lebih kecil untuk dipakai dalam pertahanan menantang penganiayaan".